INTERNUSA. 3.

Bagian 3.
EveningPark’s Strander.

Pilihlah satu senja, atau pagi. Jalanlah di suatu setapak, di taman yg kamu suka, yg kamu mau. Telusuri setiap titiannya. Atau duduklah di satu titik sudut bangku taman. Biarkan dedaunan meneduhimu. Nikmati ruap wangi tanah basah sisa dibasuh hujan sewaktu lalu di kota tropis yg bertekstur memerangkap awan ini.

biar aku pilih bangku di titik sudut lainnya. tak terlalu dekat, meski tak cukup jauhpun agar masih terintip jelas sosokmu dibalik naungan dedaunan itu.

biar, biarlah kamu disitu. aku disini.

tak perlu kau indahkan aku disitu, malah mungkin niatpun kau tidak. Nihilkan aku sebagaimana itu kau rasa perlu. Coba redupkan pandanganmu dan hiruplah udara seperlahandalam mungkin, hembuskan selembut ingatanmu akan masa kecil dalam buaian dekapan sang rahim. Rentangkan tangan lepas lega bila kau rasa perlu. Geretakan setiap otot bahu punggung lenganmu saat kau lakukan itu. Biar kuresapi indah semua gerakmu itu.
Biar udara milikmu, dan biar milikmulah semua selaksa udara. Biar semua dedaunan rimbun itu seikhlas sedia alam memberikan oksigen bagimu. Biarkan oksigen terganti dan berulang terganti memenuhi relung dadamu. Biar paru menyerap oksigen dan menitipkannya pada bulir bulir yg kemudian mengalir dalam nadimu. Biar aliran bulir bulir pembawa oksigen itu menelusuri setiap titik, lekuk, sudut, bahkan setiap seperseratus mili bagianmu. Biar semua jaringan, setiap sel, dirimu tersegarkan terjaga terbaharui. Dan terutama, biar bulir itu sampai ke sel sel otakmu, menjaga hidup sel sel otak yg memiliki fungsi; menyimpan kenangan, tentang seseorang yg pernah sering membuatmu tertawa walau tidak sesering membuatmu menangis, yg duduk di sudut lain tanpa perlu kau tahu.

Ah cemburu, sebuah kata yg kuat kusematkan kuunjukkan padamu; wahai oksigen, yg ia hirup selalu. Sungguh!
Harusnya itu aku.

………………

Tinggalkan komentar