Sweat (steepstep tracks)
Ambil langkah, awali pelan pelan saja. Biarkan waktu memandu langkah pacu perlahan.
Aku lupa, apakah tungkai kaki panjangmu itu memang terbiasa dibawa memburu detik waktu atau tidak.
Aku jelas tak lupa, bagaimana tungkai tumitmu terangkat saat hembusan nafasmu terasa hangat di wajahku saat kita nyaris tak berjarak. Saat itu kita… ah sudahlah.
Jangan sampai terlupa, pilih jenis alas kaki ternyaman bagimu; over pronator, neutral pronator, atau supinator. Malah mungkin, biarkan saja permukaan kulit telapak kaki imutmu itu menyentuh permukaan jalur pacu pilihanmu; tanah, gravel, rumput, pasir padat, sintetis, atau aspal. Biarkan sensor sensor syaraf di bagian paling ujung bawah tubuhmu itu terstimulasi selama kau memacu. Ah seingatku, justru biasanya setelah disitu dibagian dimana nyaris seluruh ujung simpul syarafmu berkumpul itu terstimulasi, baru kemudian kita memacu, saat itu, saat kita….ah sudahlah.
Menurut mereka, nyaris seluruh bagian otot bergerak ketika kita menggerakkan tungkai kaki menjejakkan telapak menelusuri jalur. Menyusur jelajah dan kemudian tarikan nafas semakin kerap. Setiap orang memiliki ritmenya sendiri, setiap orang memiliki kekhasan liuktubuh unik saat bergerak berselancar meniti lajur. Aku belum menemukan padanan kata untuk satu kata asing ini; paradox. Untuk menggambarkan betapa gemulai gerakmu juga menyiratkan kuat tegas kukuh gerakmu saat mendayung di aliran waktu. Betapa kelenturan bersanding kegetasan dengan laras, unik tiada tara.
Aku terkesan saman sekaligus terbuai balet, terbius bedoyo ketawang dan terpana jaipong di saat yg sama, terasuk kecak dan saat itu juga terpesona gambyong, tersihir sintren waktu terperangah hula, tergugu maori namun tergagap whirling dervishes, ah sudahlah, ya itulah…itu.
Segala kontradksi itu, hal hal paradoksal tersebut, bisa dirangkum cukup dalam tiga buah kata berbeda. Pertama; indah. Kedua; indah. Ketiga; indah.
Dan,
tak bisa,
tak mungkin,
tak mampu,
nirdaya untuk lupa.
demikian pula gerakmu, saat itu, saat kita… ah sudahlah.
Dan tolonglah, jangan berhenti. Bergeraklah terus sesuai waktu dan kehendak pacumu. Biar, biarlah kamu tak perlu tahu aku ada sekurang berbelas berpuluh langkah nirkehendak menyusulmu, bahkan mensejajarimu lagi pun nirkuasa. Bergeraklah terus menempuh jalur, meniti lajur. Ikhlaskan mataku, jendela jiwa dimana selalu ada bagian dirimu bersemayam jauh didalamnya, menelusuri & merekam setiap milidetik indahmu.
Melangkahlah selalu, biarkan jelajah jejak hidupmu memberi sejarah pada jalur yg kau tempuh.
Aku akan ada, masih, dan selalu.
27 April 2018.
Argo Parahyangan 30.